KALIMAT EFEKTIF
I. PENGERTIAN KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya
secara tepat dan dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Kalau
gagasan yang disampaikan sudah tepat, pendengar/pembaca dapat memahami pikiran
tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti apa yang dimaksud oleh penulis
atau pembicaranya. Akan tetapi, kadang-kadang harapan itu tidak tercapai.
Misalnya, ada sebagian lawan bicara atau pembaca tidak memahami apa maksud yang
diucapkan atau yang dituliskan.
Menurut Nazar (1991, 44:52)
ketidakefektifan kalimat dikelompokkan menjadi (1) ketidaklengkapan unsur
kalimat, (2) kalimat dipengaruhi bahasa Inggris, (3) kalimat mengandung makna
ganda, (4) kalimat bermakna tidak logis, (5) kalimat mengandung gejala
pleonasme, dan (6) kalimat dengan struktur rancu.
II. SYARAT-SYARAT KALIMAT EFEKTIF
1)
secara tepat mewakili pikiran pembicara atau
penulisnya.
2) mengemukakan
pemahaman yang sama tepatnya antara pikiran pendengar atau pembaca dengan yang
dipikirkan pembaca atau penulisnya.
III.
CIRI-CIRI KALIMAT
EFEKTIF
A.
Kesepadanan
Suatu kalimat efektif
harus memenuhi unsur gramatikal yaitu unsur subjek (S), predikat (P), objek
(O), keterangan (K). Di dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan dalam
pemakaian struktur bahasa.
Contoh:
Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT).
Budi (S) pergi (P) ke kampus (KT).
Tidak Menjamakkan Subjek
Contoh:
Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan
Tomi pergi ke kampus, kemudian Tomi pergi ke perpustakaan
(tidak efektif)
Tomi pergi ke kampus, kemudian ke perpustakaan
(efektif)
B.
Kecermatan Dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata
Dalam membuat kalimat
efektif jangan sampai menjadi kalimat yang ambigu (menimbulkan tafsiran ganda).
Contoh:
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu dan tidak efektif).
Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (ambigu dan tidak efektif).
Mahasiswa yang kuliah di perguruan tinggi yang
terkenal itu mendapatkan hadiah (efektif).
C.
Kehematan
Kehematan dalam
kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa, atau
bentuk lain yang dianggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata
bahasa. Hal ini dikarenakan, penggunaan kata yang berlebih akan mengaburkan
maksud kalimat. Untuk itu, ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan untuk
dapat melakukan penghematan, yaitu:
1) Menghilangkan
pengulangan subjek.
2) Menghindarkan
pemakaian superordinat pada hiponimi kata.
3) Menghindarkan
kesinoniman dalam satu kalimat.
4) Tidak menjamakkan
kata-kata yang berbentuk jamak.
Contoh:
Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)
Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (tidak efektif)
Karena tidak diajak,
dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)
Dia sudah menunggumu sejak dari
pagi. (tidak efektif)
Dia sudah menunggumu sejak pagi.
(efektif)
D.
Kelogisan
Kelogisan ialah bahwa
ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan
ejaan yang berlaku. Hubungan unsur-unsur dalam kalimat harus memiliki hubungan
yang logis/masuk akal.
Contoh:
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)
Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)
E.
Kesatuan atau Kepaduan
Kesatuan atau
kepaduan di sini maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu,
sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. Ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kepaduan kalimat, yaitu:
1) Kalimat yang padu
tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris.
2) Kalimat yang padu
mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat
yang berpredikat pasif persona.
3) Kalimat yang padu
tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang
antara predikat kata kerja dan objek penderita.
Contoh:
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)
Kita harus
mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa
kemanusiaan. (efektif)
Makalah ini membahas tentang
teknologi fiber optik. (tidak efektif)
Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)
Makalah ini membahas teknologi fiber optik. (efektif)
F.
Keparalelan atau Kesajajaran
Keparalelan atau
kesejajaran adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam
kalimat itu. Jika pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan
verba. Jika kalimat pertama menggunakan kata kerja berimbuhan me-, maka kalimat
berikutnya harus menggunakan kata kerja berimbuhan me- juga.
Contoh:
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)
Kakak menolong anak
itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Anak itu ditolong
kakak dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (efektif)
Harga sembako
dibekukan atau kenaikan secara luwes.
(tidak efektif)
Harga sembako
dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)
G. Ketegasan
Ketegasan atau
penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan terhadap ide pokok dari kalimat.
Untuk membentuk penekanan dalam suatu kalimat, ada beberapa cara, yaitu:
1) Meletakkan kata yang
ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat).
Contoh:
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
Harapan kami adalah agar soal ini dapat kita bicarakan lagi pada kesempatan lain.
Pada kesempatan lain, kami berharap kita dapat
membicarakan lagi soal ini. (ketegasan)
Presiden mengharapkan agar rakyat membangun
bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya.
Harapan presiden ialah agar rakyat membangun
bangsa dan negaranya. (ketegasan)
2)
Membuat urutan kata yang bertahap.
Contoh:
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)
Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (salah)
Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi
berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. (benar)
3)
Melakukan
pengulangan kata (repetisi).
Contoh:
Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
Cerita itu begitu menarik, cerita itu sangat mengharukan.
4)
Melakukan pertentangan terhadap ide yang
ditonjolkan.
Contoh:
Anak itu bodoh, tetapi pintar.
Anak itu bodoh, tetapi pintar.
5) Mempergunakan
partikel penekanan (penegasan), seperti: partikel–lah, -pun, dan –kah.
Contoh:
Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku? Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.
Dapatkah mereka mengerti maksud perkataanku? Dialah yang harus bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas ini.
IV. SEBAB KALIMAT TIDAK EFEKTIF
A. Ketidaklengkapan Unsur Kalimat
Seperti yang sudah dibicarakan
sebelumnya bahwa kalimat efektif harus memiliki unsur-unsur yang lengkap dan
eksplisit. Untuk itu, kalimat efektif sekurang-kurangnya harus mengandung unsur
subjek dan predikat. Jika salah satu unsur atau kedua unsur itu tidak terdapat
dalam kalimat, tentu saja kalimat ini tidak lengkap. Adakalanya suatu kalimat
membutuhkan objek dan keterangan, tetapi karena kelalaian penulis, salah satu
atau kedua unsur ini terlupakan. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh
berikut.
(1)
Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif.
(2)
Masalah yang dibahas dalam penenelitian ini.
(3)
Untuk membuat sebuah penelitian harus menguasai
metodologi penelitian.
(4)
Bahasa Indonesia yang berasal dari Melayu.
(5)
Dalam rapat pengurus kemarin sudah memutuskan.
(6)
Sehingga masalah itu dapat diatasi dengan baik.
Kalau kita perhatikan kalimat di
atas terlihat bahwa kalimat (1) tidak memiliki subjek karena
didahului oleh kata depan dalam; kalimat (2) dan (4) tidak memiliki predikat hanya
memiliki subjek saja; kalimat (3) tidak memiliki subjek; kalimat (5) tidak memiliki subjek dan objek; kalimat (6) tidak memiliki subjek dan predikat karena hanya
terdiri atas keterangan yang merupakan anak kalimat yang berfungsi sebagai
keterangan. Agar kalimat-kalimat di atas menjadi lengkap, kita harus
menghilangkan bagian-bagian yang berlebih dan menambah bagian-bagian yang
kurang sebagaimana terlihat pada contoh berikut.
(1a) Penelitian ini menggunakan metode deskriptif.
(1b) Dalam penelitian ini penulis menggunakan
metode deskriptif.
(2) Masalah yang dibahas dalam
penelitian ini adalah jenis dan makna konotasi teka-teki dalam bahasa
Minangkabau.
(3) Untuk membuat sebuah
penelitian kita harus menguasai metodologi penelitian.
(4) Bahasa Indonesia berasal dari
Melayu.
(5) Dalam rapat pengurus kemarin kita
sudah memutuskan program baru.
(6) Kita harus berusaha keras sehingga masalah itu dapat
diatasi dengan baik.
B. Kalimat Dipengaruhi Bahasa
Inggris
Dalam karangan ilmiah sering
dijumpai pemakaian bentuk-bentuk di mana, dalam mana, di dalam mana, dari
mana, dan yang mana sebagai penghubung. Menurut Ramlan (1994:35-37)
penggunaan bentuk-bentuk tersebut kemungkinan besar dipengaruhi oleh bahasa
asing, khususnya bahasa Inggris. Bentuk di mana sejajar dengan
penggunaan where, dalam mana dan di dalam mana sejajar dengan
pemakaian in which, dan yang mana sejajar dengan which. Dikatakan
dipengaruhi oleh bahasa Inggris karena dalam bahasa Inggris bentuk-bentuk itu
lazim digunakan sebagai penghubung sebagaimana terlihat pada contoh berikut.
(7)
The
house where he live very large.
(8)
Karmila
opened the album in which he had kept her new photogragraph.
(9)
If
I have no class, I stay at the small building from where the sound of
gamelan can be heard smoothly
(10) The tourism sector which is the economical back
bone of country must always be intensified.
Pemakaian bentuk-bentuk di
mana, dalam mana, di dalam mana, dari mana, dan yang mana sering
ditemui dalam tulisan seperti yang terlihat pada data berikut.
(11)
Kantor di mana dia bekerja tidak jauh dari
rumahnya.
(12)
Kita akan teringat peristiwa 56 tahun yang lalu di
mana waktu itu bangsa Indonesia telah berikrar.
(13)
Rumah yang di depan mana terdapat kios kecil
kemarin terbakar.
(14)
Sektor pariwisata yang mana merupakan tulang
punggung perekonomian negara harus senantiasa ditingkatkan.
(15)
Mereka tinggal jauh dari kota dari mana lingkungannya
masih asri.
Bentuk-bentuk di mana, di
depan mana, dari mana, yang mana, dan dari mana dalam bahasa
Indonesia dipakai untuk menandai kalimat tanya. Bentuk di mana dan dari
mana dipakai untuk menyatakan ‘tempat’, yaitu ‘tempat berada’ dan ‘tempat
asal’, sedangkan yang mana untuk menyatakan pilihan. Jadi, kalimat
(11-15) di atas seharusnya diubah menjadi:
(11) Kantor tempat dia
bekerja tidak jauh dari rumahnya.
(12) Kita akan teringat peristiwa 56
tahun yang lalu yang waktu itu bangsa Indonesia telah berikrar.
(13) Rumah yang di depan kios
kecil kemarin terbakar.
(14) Sektor pariwisata yang merupakan tulang
punggung perekonomian negara harus
senantiasa ditingkatkan.
(15) Mereka tinggal jauh dari kota yang
lingkungannya masih asri.
C. Kalimat Mengandung Makna Ganda
Agar kalimat tidak menimbulkan
tafsir ganda, kalimat itu harus dibuat selengkap mungkin atau memanfaatkan
tanda baca tertentu. Untuk lebih jelasnya perhatikan data berikut.
(16)
Dari keterangan masyarakat daerah itu belum pernah
diteliti.
(17) Lukisan Basuki Abdullah sangat
terkenal.
Pada kalimat (16) di atas terdapat dua kemungkinan hal yang belum
pernah diteliti yaitu masyarakat di daerah itu atau daerahnya.
Agar konsep yang diungkapkan kalimat itu jelas, tanda koma harus
digunakan sesuai dengan konsep yang dimaksudkan. Kalimat(16) tersebut dapat ditulis sebagai berikut.
(16a) Dari keterangan (yang
diperoleh), masyarakat daerah itu belum pernah diteliti.
(16b) Dari keterangan masyarakat,
daerah itu belum pernah diteliti.
Pada kalimat (17) terdapat tiga kemungkinan ide yang dikemukakan,
yaitu yang sangat terkenal adalah lukisan karya Basuki Abdullah atau lukisan
diri Basuki Abdullah atau lukisan milik Basuki Abdullah seperti yang terlihat
data data (17a), (17b), dan (17c) berikut.
(17a) Lukisan karya Basuki Abdullah sangat terkenal.
(17b) Lukisan diri Basuki Abdullah sangat terkenal.
(17c) Lukisan milik Basuki Abdullah sangat terkenal.
Pemakaian tanda hubung juga dapat digunakan untuk memperjelas ide-ide yang
diungkapkan pada frase pemilikan. Untuk lebih jelasnya, perhatikan berikut.
(18) Ani baru saja membeli buku sejarah baru.
Kalimat (18) di atas mengandung ketaksaan yaitu yang baru itu buku
sejarahnyakah atau sejarahnya yang baru. Untuk menghindari ketaksaan
makna, digunakan tanda hubung agar konsep yang diungkapkan jelas sesuai dengan
yang dimaksudkan. Kalimat (18a) yang baru adalah buku sejarahnya, sedangkan
kalimat (18b) yang baru adalah sejarahnya.
(18c) Ani baru saja membeli
buku-sejarah baru.
(18d) Ani baru saja membeli buku
sejarah-baru.
D. Kalimat Bermakna Tidak Logis
Kalimat efektif harus dapat
diterima oleh akal sehat atau bersifat logis. Kalima berikut tergolong kalimat yang tidak logis.
(19) Dengan mengucapkan syukur
alhamdulillah selesailah makalah ini.
Kalau kita perhatikan secara
sepintas kalimat (19) di atas tampaknya tidak salah. Akan tetapi, apabila
diperhatikan lebih seksama ternyata tidak masuk akal. Seseorang untuk
menyelesaikan sebuah makalah harus bekerja dulu dan tidak mungkin makalah
itu akan dapat selesai hanya dengan membaca alhamdulillah. Jadi,
supaya kalimat itu dapat diterima, kalimat itu dapat diubah menjadi:
(18)
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat
Allah Yang
(19)
Mahakuasa karena dengan izin-Nya jualah makalah ini
dapat diselesaikan.
E. Kalimat Mengandung Pleonasme
Kalimat pleonasme adalah kalimat
yang tidak ekonomis atau mubazir karena adaterdapat kata-kata yang sebetulnya
tidak perlu digunakan. Menurut Badudu (1983:29) timbulnya gejala pleonasme
disebabkan oleh (1) dua kata atau lebih yang sama maknanya dipakai sekaligus
dalam suatu ungkapan, (2) dalam suatu ungkapan yang terdiri atas dua patah
kata, kata kedua sebenarnya tidak diperlukan lagi sebab maknanya sudah
terkandung dalam kata yang pertama, dan (3) bentuk kata yang dipakai mengandung
makna yang sama dengan kata kata lain yang dipakai bersama-sama dalam ungkapan
itu.
Contoh-contoh pemakaian bentuk mubazir dapat dilihat berikut ini.
(20) Firmarina meneliti tentang teka-teki bahasa Minangkabau.
(21) Banyak pemikiran-pemikiran yang dilontarkan dalam pertemuan
tersebut.
(22) Pembangunan daripada waduk itu menjadi sisa-sia pada musim
kemarau panjang ini.
(23) Air sumur yang digunakan penduduk tidak sehat untuk digunakan.
(24) Jika dapat ditemukan beberapa data
lagi, maka gejala penyimpangan perilaku
itu dapat disimpulkan.
Pada kalimat (20) kata tentang (preposisi lainnya) yang terletak
antara predikat dan objek tidak boleh digunakan karena objek harus berada
langsung di belakang predikat. Pada kalimat (21) kata pemikiran tidak
perlu diulang karena bentuk jamak sudah dinyatakan dengan menggunakan kata
banyak. Atau dengan kata lain, kata banyak dapat juga dihilangkan. Pada
kalimat (22) kata daripada tidak perlu digunakan karena antara
unsur-unsur frase pemilikan tidak diperlukan preposisi. Pada kalimat (23)
terdapat pengulangan keterangan ‘yang digunakan’. Pengulangan ini tidak
perlu. Pada kalimat (24) terdapat dua buah konjungsi yaitu jika dan maka.Dengan
adanya dua konjungsi ini, tidakdiketahui unsur mana sebagai induk kalimat dan
unsur mana sebagai anak kalimat.
Dengan demikian kedua unsur itu merupakan anak kalimat. Jadi, kalimat (24)
tidak mempunyai induk kalimat. Kalau begitu, satu konjungsi harus dihilangkan
supaya satu dari dua unsur itu menjadi induk kalimat. Jadi, kalimat-kalimat
(20-24) dapat diubah menjadi kalimat efektif sebagaimana terlihat pada data
berikut.
(20) Firmarina meneliti teka-teki bahasa Minangkabau.
(21a) Banyak pemikiran-pemikiran baru dilontarkan dalam pertemuan
tersebut.
(21b) Pemikiran-pemikiran baru dilontarkan dalam pertemuan tersebut.
(22) Pembangunan waduk itu menjadi sisa-sia pada musim kemarau panjang ini.
(23) Air sungai yang digunakan penduduk tidak sehat.
(24) Jika dapat ditemukan beberapa data lagi, gejala penyimpangan perilakuitu dapat
disimpulkan.
Berikut ini akan dicontohkan kalimat pleonasme yang terdiri atas dua kata
atau lebih yang mempunyai makna yang hampir sama.
(25) Kita harus bekerja keras
agar supaya tugas ini dapat berhasil.
Kalimat (25) akan efektif jika diubah menjadi:
(25a) Kita harus bekerja keras
supaya tugas ini dapat berhasil.
(25b) Kita harus bekerja keras agar tugas ini dapat berhasil.
F.
Kalimat dengan Struktur Rancu
Kalimat rancu adalah kalimat yang
kacau susunannya. Menurut Badudu (1983:21) timbulnya
kalimat rancu disebabkan oleh (1)
pemakai bahasa tidak mengusai
benar struktur bahasa Indonesia yang baku, yang baik dan benar, (2) Pemakai
bahasa tidak memiliki cita rasa bahasa yang baik sehingga tidak dapat merasakan
kesalahan bahasa yang dibuatnya, (3) dapat juga kesalahan itu terjadi tidak
dengan sengaja. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut.
(26)Dalam masyarakat Minangkabau mengenal sistem matriakat.
(27) Mahasiswa dilarang tidak boleh memakai sandal kuliah.
(28) Dia selalu mengenyampingkan masalah itu.
Kalimat (26) di atas disebut
kalimat rancu karena kalimat tersebut tidak mempunyai subjek. Kalimat (26)
tersebut dapat diperbaiki menjadi kalimat aktif (26a) dan kalimat pasif (26b).
Sementara itu, kalimat (27) terjadi kerancuan karena pemakaian kata dilarang
dan tidak boleh disatukan pemakaiannya. Kedua kata tersebut sama
maknanya. Jadi, kalimat (27) dapat diperbaiki menjadi kalimat (27a) dan (27b).
Pada kalimat (28) kerancuan terjadi pada pembentukan kata dan kalimat tersebut
dapat diperbaiki menjadi kalimat (28a).
(26a) Masyarakat Minangkabau mengenal sistem matriakat.
(26b) Dalam masyarakat Minangkabau dikenal sistem matriakat.
(27a) Mahasiswa dilarang memakai sandal kuliah.
(27b) Mahasiswa tidak boleh memakai sandal kuliah.
(28a) Dia selalu mengesampingkan masalah itu.
Di samping itu, juga terdapat bentukan kalimat yang tidak tersusun secara
sejajar. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut.
(29) Program kerja ini sudah lama diusulkan, tetapi pimpinan belum
menyetujui.
Ketidaksejajaran bentuk pada kalimat di atas disebabkan oleh penggunaan
bentuk kata kerja pasif diusulkan yang dikontraskan dengan bentuk aktif menyetujui.
Agar menjadi sejajar, bentuk pertama menggunakan bentuk pasif, hendaknya bagian
kedua pun menggunakan bentuk pasif. Sebaliknya, jika yang pertama aktif, bagian
kedua pun aktif. Dengan demikian, kalimat tersebut akan memiliki kesejajaran
jika bentuk kata kerja diseragamkan menjadi seperti di bawah ini.
(29a) Program kerja ini sudah lama diusulkan,
tetapi belum disetujui pimpinan.
(29b) Kami sudah lama mengusulkan program ini, tetapi
pimpinan belum menyetujuinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar