KARANGAN
I.
DEFINISI KARANGAN
Karangan merupakan karya tulis hasil dari kegiatan
seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis
kepada pembaca untuk dipahami.
II.
JENIS-JENIS KARANGAN
Sebagaimana
sudah lazim dipahami dalam berbagai kesempatan pembelajaran, diskusi, seminar
dan sebagaianya bahwa karangan secara umum dibagi menjadi lima (5) bentuk, 1)
narasi, 2)deskripsi, 3)eksposisi, 4) argumentasi, dan 5) persuasi. Berikut ini
adalah penjelasan dari masing-masing bentuk tersebut.
A.
Karangan Narasi
Secara
sederhana, narasi dikenal sebagai cerita. Pada narasi terdapat peristiwa atau
kejadian dalam satu urutan waktu. Di dalam kejadian itu ada pula tokoh yang
menghadapi suatu konflik. Ketiga unsur berupa kejadian, tokoh, dan konflik
merupakan unsur pokok sebuah narasi. Jika ketiga unsur itu bersatu, ketiga
unsur itu disebut plot atau alur. Jadi, narasi adalah cerita yang dipaparkan
berdasarkan plot atau alur.
Narasi
dapat berisi fakta atau fiksi. Narasi yang berisi fakta disebut narasi
ekspositoris, sedangkan narasi yang berisi fiksi disebut narasi sugestif.
Contoh narasi ekspositoris adalah biografi, autobiografi, atau kisah
pengalaman. Sedangkan contoh narasi sugestif adalah novel, cerpen, cerbung,
ataupun cergam.
Pola
narasi secara sederhana berbentuk susunan dengan urutan awal – tengah – akhir.
1) Awal narasi biasanya berisi pengantar yaitu
memperkenalkan suasana dan tokoh. Bagian awal harus dibuat menarik agar dapat
mengikat pembaca.
2) Bagian tengah merupakan bagian yang
memunculkan suatu konflik. Konflik
lalu diarahkan menuju klimaks
cerita. Setelah konfik timbul dan mencapai klimaks, secara berangsur-angsur
cerita akan mereda.
3) Akhir cerita yang mereda ini memiliki cara
pengungkapan bermacam-macam. Ada yang menceritakannya dengan panjang, ada yang
singkat, ada pula yang berusaha menggantungkan akhir cerita dengan
mempersilakan pembaca untuk menebaknya sendiri.
Langkah menyusun narasi (terutama yang berbentuk fiksi) cenderung
dilakukan melalui proses kreatif, dimulai dengan mencari, menemukan, dan
menggali ide. Oleh karena itu,
cerita dirangkai dengan menggunakan "rumus" 5 W + 1 H, yang dapat
disingkat menjadi “ADIK SIMBA”.
1)
(What) Apa yang akan diceritakan,
2)
(Where) Di mana seting/lokasi ceritanya,
3)
(When) Kapan peristiwa-peristiwa berlangsung,
4)
(Who) Siapa pelaku ceritanya,
5)
(Why) Mengapa peristiwa-peristiwa itu terjadi, dan
6)
(How) Bagaimana cerita itu dipaparkan.
Contoh :
Soekarno
mengucapkan pidato tentang dasar-dasar Indonesia merdeka yang dinamakan Pancasila pada sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945. Soekarno
bersama Mohammad
Hatta sebagai wakil bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.Ia ditangkap Belanda dan diasingkan ke Bengkulu pada tahun 1948.
Soekarno dikembalikan ke Yogya dan
dipulihkan kedudukannya sebagai Presiden RI pada tahun 1949.
B. Karangan Deskripsi
Karangan jenis ini
berisi gambaran mengenai suatu hal/keadaan sehingga pembaca seolah-olah
melihat, mendengar, atau merasakan hal tersebut.
Karangan deskripsi
memiliki ciri-ciri seperti:
1) menggambarkan sesuatu
2) penggambaran tersebut
dilakukan sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera,
3) membuat pembaca atau
pendengar merasakan sendiri atau mengalami sendiri.
Pola pengembangan paragraf deskripsi:
1)
Paragraf Deskripsi Spasial, paragraf ini
menggambarkan objek kusus ruangan, benda atau tempat.
2) Paragraf Deskripsi
Subjektif, paragraf ini menggambarkan objek seperti tafsiran atau kesan
perasaan penulis.
3) Paragraf Deskripsi
Objektif, paragraf ini menggambarkan objek dengan apa adanya atau sebenarnya.
Langkah menyusun deskripsi:
1) Tentukan objek atau
tema yang akan dideskripsikan
2)
Tentukan tujuan
3)
Mengumpulkan data dengan mengamati objek yang
akan dideskripsikan
4)
Menyusun data tersebut ke dalam urutan yang baik
(menyusun kerangka karangan)
5)
Menguraikan kerangka karangan menjadi dekripsi
yang sesuai dengan tema yang ditentukan
Contoh :
Tepat pukul 06.00 aku
terbangun, diiringi dengan suara-suara ayam yang berkokok seolah menyanyi
sambil membangunkan orang-orang yang masih tidur. serta dapat ku lihat
burung-burung yang berterbangan meninggalkan sarangnya untuk mencari makan. Dari
timur sang surya menyapaku dengan malu-malu untuk menampakkan cahayanya. Aku
berjalan ke halaman depan rumah tepat dihadapan ku ada sebuah jalan besar untuk
berlalu lintas dari kejauhan tampak sawah-sawah milik petani yang ditanami padi
masih berwarna hijau terlihat sangat sejuk, indah, dan damai. Dari kejauhan
pula terlihat seorang petani yang sedang membajak sawahnya yang belum ditanami
tumbuhan, dan ada juga petani yang sedang mencari rumput untuk makan binatang
peliharaannya seperti kambing, sapi, dan kerbau. Didesaku rata-rata penduduknya
sebagai petani.
Pagi ini terlihat
sangat sibuk, di jalan" terlihat ibu-ibu yang sedang berjalan menuju pasar
untuk berjualan sayur. Tetanggaku seorang peternak bebek yang juga tidak kalah
sibuknya dengan orang". Pagi-pagi sekali dia berjalan menggiring bebeknya
kerawah dekat sawah untuk mencari makan, bebek yang pintar berbaris dengan rapi
pengembalanya. Sungguh pemandangan yang sangat menarik dilihat ketika kita
bangun tidur.
Di halaman rumah kakekku yang menghadap ketimur
terdapat pohon-pohon yang rindang, ada pohon mangga yang berbuah sangat lebat,
disamping kiri potehon mangga dapat pula pohon jambu air yang belum berbuah
karena belum musimnya. Dan disebelah kanan rumah ada pohon rambutan yang
buahnya sangat manis rasanya. sungguh pemandangan yang sangat indah yang sangat
asri dan damai ini adalah tempat tinggal kakek ku dan tempat kelahiran ku. Desa
yang bernama NAMBAHDADI ini adalah tempat yang paling aku kunjungi saat
liburan. Selain bisa bertemu kakek dan nenek aku juga bias melihat pemandangan
yang indah nan damai.
C. Karangan Eksposisi
Karangan
eksposisi ini dapat dijelaskan dengan cara MAJALAH SIANTAR yang kemudian berisi
uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi
pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan,
tidak jarang eksposisi ditemukan hanya berisi uraian tentang
langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.
Langkah
menyusun eksposisi:
1)
Menentukan topik/tema
2)
Menetapkan tujuan
3)
Mengumpulkan data dari berbagai sumber
4)
Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
5)
Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.
Contoh topik yang tepat untuk eksposisi:
1)
Manfaat kegiatan ekstrakurikuler
2)
Peranan majalah dinding di sekolah
3)
Sekolah kejuruan sebagai penghasil tenaga terampil.
Contoh (1) :
Pada
dasarnya pekerjaan akuntan
mencakup dua bidang pokok, yaitu akuntansi dan auditing. Dalam bidang
akuntasi, pekerjan akuntan berupa pengolahan data untuk menghasilkan informasi
keuangan, juga perencanaan sistem informasi akuntansi
yang digunakan untuk menghasilkan informasi keuangan.
Dalam
bidang auditing pekerjaan akuntan berupa pemeriksaan laporan keuangan secara
objektif untuk menilai kewajaran informasi yang tercantum dalam laporan
tersebut.
Contoh (2) paparan :
Pada
dasarnya pekerjaan akuntan mencakup dua bidang pokok, yaitu akuntansi dan
auditing. Dalam bidang akuntasi, pekerjan akuntan berupa pengolahan data untuk
menghasilkan informasi keuangan, juga perencanaan sistem informasi akuntansi
yang digunakan untuk menghasilkan informasi keuangan. Dalam bidang auditing
pekerjaan akuntan berupa pemeriksaan laporan keuangan secara objektif untuk
menilai kewajaran informasi yang tercantum dalam laporan tersebut.
D.
Karangan Argumentasi
Karangan
ini bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/kesimpulan dengan data/fakta
sebagai alasan/bukti. Dalam argumentasi pengarang mengharapkan pembenaran
pendapatnya dari pembaca. Adanya unsur opini dan data, juga fakta atau alasan
sebagai penyokong opini tersebut.
Langkah
menyusun argumentasi:
1) Menentukan topik/tema
2) Menetapkan tujuan
3) Mengumpulkan data dari berbagai sumber
4) Menyusun kerangka karangan sesuai dengan
topik yang dipilih
5) Mengembangkan kerangka menjadi karangan
argumentasi
Contoh tema/topik yang tepat untuk
argumentasi :
1)
Disiplin kunci sukses berwirausaha,
2)
Teknologi komunikasi harus
segera dikuasai,
3)
Sekolah Menengah Kejuruan sebagai aset bangsa yang potensial.
Contoh:
Jiwa kepahlawanan harus senantiasa dipupuk dan
dikembangkan karena dengan jiwa kepahlawanan, pembangunan di negara kita dapat
berjalan dengan sukses. Jiwa kepahlawanan akan berkembang menjadi nilai-nilai
dan sifat kepribadian yang luhur, berjiwa besar, bertanggung jawab,
berdedikasi, loyal, tangguh, dan cinta terhadap sesama. Semua sifat ini sangat
dibutuhkan untuk mendukung pembangunan di berbagai bidang.
E.
Karangan Persuasi
Karangan
ini bertujuan memengaruhi pembaca untuk berbuat sesuatu atau karangan yang
besifat mengajak. Dalam persuasi pengarang mengharapkan adanya sikap motorik
berupa perbuatan yang dilakukan oleh pembaca sesuai dengan yang dianjurkan
penulis dalam karangannya.
Langkah
menyusun persuasi:
1) Menentukan topik/tema
2) Merumuskan tujuan
3) Mengumpulkan data dari berbagai sumber
4) Menyusun kerangka karangan
5) Mengembangkan kerangka karangan menjadi
karangan persuasi
Contoh tema/topik yang tepat untuk persuasi:
1)
Katakan tidak pada NARKOBA,
2)
Hemat energi demi generasi
mendatang,
3)
Hutan sahabat kita,
4)
Hidup sehat tanpa rokok,
5)
Membaca memperluas cakrawala.
Contoh :
Salah
satu penyakit yang perlu kita waspadai di musim hujan ini adalah infeksi
saluran pernapasan akut (ISPA). Untuk mencegah ISPA, kita perlu mengonsumsi makanan yang
bergizi, minum vitamin dan antioksidan. Selain itu,
kita perlu istirahat yang cukup, tidak merokok, dan rutin berolah raga, karena
semua itu perlu proses dan cara yang berlanjut.
Dalam
bentuk yang lain, karangan dalam konteks akademis khususnya di perguruan
tinggi, karangan dapat dibagi menjadi
tiga (3) jenis, antara lain : 1) karangan ilmiah, 2) karangan semi
ilmiah, dan 3) karangan nonilmiah. Berikut adalah penjelasan dari bentuk
karangan dalam konteks akademis di perguruan tinggi.
A. Karangan Ilmiah
Ilmiah adalah karangan ilmu pengetahuan yang
menyajikan fakta dan ditulis menurut metodolog penulisan yang baik dan benar.
Adapun jenis karangan ilmiah yaitu:
1)
Makalah: karya tulis yang menyajikan suatu masalah yang pembahasannya
berdasarkan data di lapangan yang bersifat empiris-objektif (menurut bahasa,
makalah berasal dari bahasa Arab yang berarti karangan).
2)
Kertas kerja: makalah yang memiliki tingkat analisis lebih serius,
biasanya disajikan dalam lokakarya.
3)
Skripsi: karya tulis ilmiah yang mengemukakan pendapat penulis berdasar
pendapat orang lain.
4)
Tesis: karya tulis ilmiah yang sifatnya lebih mendalam daripada skripsi.
5)
Disertasi: karya tulis ilmiah yang mengemukakan suatu dalil yang dapat
dibuktikan oleh penulis berdasar data dan fakta yang sahih dengan analisi yang
terinci.
Karakteristik karya
tulis ilmiah:
1) Isi kajian pada
lingkup ilmu pengetahuan dan merupakan pembahasan suatu hasil penelitian.
2) Sosok tampilan
mengikuti aturan penulisan ilmiah, bersifat metodis dan sistematis.
3) Dijiwai langkah
sesuai dengan prosedur berpikir ilmiah dan menggunakan laras ilmiah.
Syarat- Syarat Karya
Kulis lmiah:
1)
APIK (Asli, Penting, Ilmiah, Konsisten).
2)
Bentuk/jenis karya tulis jelas.
3)
Lengkap.
4)
Pengesahan jelas.
5)
Waktu Pembuatan logis.
B. Karangan Semi Ilmiah
Semi Ilmiah adalah karangan ilmu pengatahun
yang menyajikan fakta umum dan menurut metodologi panulisan yang baik dan
benar, ditulis dengan bahasa konkret, gaya bahasanya formal, kata-katanya
tekhnis dan didukung dengan fakta umum yang dapat dibuktikan benar atau
tidaknya atau sebuah penulisan yang menyajikan fakta dan fiksi dalam satu
tulisan dan penulisannyapun tidak semiformal tetapi tidak sepenuhnya mengikuti
metode ilmiah yang sintesis-analitis karena sering di masukkan karangan
non-ilmiah.
Maksud dari karangan non-ilmiah tersebut
ialah karena jenis Semi Ilmiah memang masih banyak digunakan,misalnya dalam
komik, anekdot, dongeng, hikayat, novel dan roman. Karakteristiknya berada
diantara ilmiah dan non ilmiah.
Contoh : editorial,opini,reportase,dan artikel.
C. Karangan Nonilmiah
Nonilmiah (Fiksi) adalah karangan ilmu
pengetahuan yang menyajikan fakta pribadi dan ditulis menurut metodologi
penulisan yang baik dan benar. Satu ciri yang pasti ada dalam tulisan fiksi
adalah isinya yang berupa kisah rekaan. Kisah rekaan itu dalam praktik
penulisannya juga tidak boleh dibuat sembarangan, unsur-unsur seperti
penokohan, plot, konfliks, klimaks, setting.
III.
LANGKAH-LANGKAH MENYUSUN KARANGAN
A.
Menentukan Tema dan Judul
Sebelum
anda mau melangkah, pertama kali dipikirkan adalah mau kemana kita berjalan?
lalu bila menulis, apa yang akan kita tulis? Tema adalah pokok persoalan,
permasalahan, atau pokok pembicaraan yang mendasari suatu karangan. Sedangkan
yang dimaksud dengan judul adalah kepala karangan. Kalau tema cakupannya lebih
besar dan menyangkut pada persoalan yang diangkat sedangkan judul lebih pada
penjelasan awal (penunjuk singkat) isi karangan yang
akan ditulis.
Tema
sangat terpengaruh terhadap wawasan penulis. Semakin banyak penulis membiasakan
membaca buku, semakin banyak aktifitas menulis akan memperlancar penulis
memperoleh tema.
Namun,
bagi pemula perlu memperhatikan beberapa hal penting agar tema yang diangkat
mudah dikembangkan. diantaranya :
1)
Jangan mengambil tema yang bahasannya terlalu
luas.
2)
Pilih tema yang kita sukai dan kita yakini
dapat kita kembangkan.
3)
Pilih tema yang sumber atau bahan-bahannya
dapat dengan mudah kita peroleh.
Terkadang
memang dalam menentukan tema tidak selamanya selalu sesuai dengan syarat-syarat
diatas. Contohnya saat lomba mengarang, tema sudah disediakan sebelumnya dan
kita hanya bisa memakainya.Ketika tema sudah didapatkan, perlu diuraikan atau
membahas tema menjadi suatu bentuk karangan yang terarah dan sistematis. Salah
satu caranya dengan menentukan judul karangan. Judul yang baik adalah judul
yang dapat menyiratkan isi keseluruhan karangan kita.
B.
Mengumpulkan Bahan
Setelah
punya tujuan, dan mau melangkah, lalu apa bekal anda? Sebelum melanjutkan
menulis, perlu ada bahan yang menjadi bekal dalam menunjukkan eksistensi
tulisan. Bagaimana ide, dan inovasi dapat diperhatikan kalau tidak ada hal yang
menjadi bahan ide tersebut muncul. Buat apa ide muluk-muluk kalau tidak
diperlukan. Perlu ada dasar bekal dalam melanjutkan penulisan.
Untuk
membiasakan, kumpulkanlah kliping-kliping masalah tertentu (biasanya yang
menarik penulis) dalam berbagai bidang dengan rapi. Hal ini perlu dibiasakan
calon penulis agar ketika dibutuhkan dalam tulisan, penulis dapat membuka
kembali kliping yang tersimpan sesuai bidangnya. Banyak cara mengumpulkannya,
masing-masing penulis mempunyai cara sesuai juga dengan tujuan tulisannya.
C.
Menyeleksi Bahan
Setelah
ada bekal, dan mulai berjalan, tapi bekal mana yang akan dibawa? agar tidak
terlalu bias dan abstrak, perlu dipilih bahan-bahan yang sesuai dengan tema
pembahasan. Polanya melalui klarifikasi tingkat urgensi bahan yang telah
dikumpulkan dengan teliti dan sistematis. berikut ini petunjuk-petunjuknya:
1)
Catat hal penting semampunya.
2)
Jadikan membaca sebagai kebutuhan
3)
Banyak diskusi, dan mengikuti
kegiatan-kegiatan ilmiah.
D.
Membuat Kerangka
Karangan
Bekal
ada, terpilih lagi, terus melangkah yang mana dulu? Perlu kita susun selangkah
demi selangkah agar tujuan awal kita dalam menulis tidak hilang atau melebar
ditengah jalan. Kerangka karangan
menguraikan tiap topik atau masalah menjadi beberapa bahasan yang lebih fokus
dan terukur.
Kerangka
karangan belum tentu sama dengan daftar isi, atau
uraian per bab. Kerangka ini merupakan catatan kecil
yang sewaktu-waktu dapat berubah dengan tujuan untuk mencapai tahap yang
sempurna.
Kerangka karangan adalah rencana
penulisan yang memuat garis-garis besar dari suatu karangan yang akan ditulis,
dan merupakan rangkaian ide-ide yang disusun secara sistematis, logis, jelas,
terstruktur, dan teratur. Kerangka karangan dibuat untuk mempermudah penulisan
agar tetap terarah dan tidak keluar dari topik atau tema yang dituju. Pembuatan
kerangka karangan ini sangat penting, terutama bagi penulis pemula, agar
tulisan tidak kaku dan penulis tidak bingung dalam melanjutkan tulisannya.
1)
Manfaat kerangka karangan
a)
Untuk menyusun karangan secara teratur.
b)
Mempermudah pembahasan tulisan.
c)
Menghindari isi tulisan keluar dari tujuan awal.
d) Menghindari
penggarapan sebuah topik sampai dua kali atau lebih.
e)
Memudahkan penulis mencari materi tambahan.
f)
Menjamin penulis bersifat konseptual,
menyeluruh, dan terarah.
g)
Memudahkan penulis mencapai klimaks yang
berbeda-beda.
Dengan adanya
kerangka karangan, penulis bisa langsung menyusun tulisannya sesuai butir-butir
bahasan yang ada dalam kerangka karangannya.
Kerangka karangan
merupakan miniatur dari sebuah karangan. Dalam bentuk ini, karangan tersebut
dapat diteliti, dianalisi, dan dipertimbangkan secara menyeluruh.
2)
Syarat-syarat kerangka karangan yang baik
a)
Pengungkapan maksudnya harus jelas.
b)
Tiap unit dalam kerangka karangan hanya
mengandung satu gagasan.
c)
Pokok-pokok dalam kerangka karangan harus
disusun secara logis.
d) Harus menggunakan
pasangan simbol yang konsisten.
3)
Berikut fungsi kerangka karangan :
a)
Memudahkan pengelolaan susunan karangan agar teratur dan sistematik.
b)
Memudahkan penulis dalam menguraikan setiap
permasalahan.
c)
Membantu menyeleksi materi yang penting
maupun yang tidak penting
4)
Tahapan dalam menyusun kerangka karangan :
a) Mencatat gagasan. Alat yang mudah digunakan adalah pohon pikiran
(diagram yang menjelaskan gagasan2 yang timbul)
b) Mengatur urutan gagasan.
c) Memeriksa kembali yang telah diatur dalam bab dan subbab
d) Membuat kerangka yang terperinci dan lengkap
Kerangka
karangan yang baik adalah kerangka
yang urut dan logis. Bila terdapat ide yang bersilangan, akan mempersulit
proses pengembangan karangan. (karangan tidak
mengalir)
E.
Mengembangkan kerangka karangan
Proses
pengembangan karangan tergantung sepenuhnya pada penguasaan kita terhadap
materi yang hendak kita tulis. Jika benar-benar memahami materi dengan baik,
permasalahan dapat diangkat dengan kreatif, mengalir dan nyata. Terbukti pula
kekuatan bahan materi yang kita kumpulkan dalam menyediakan wawasan untuk
mengembangkan karangan.
Pengembangan
karangan juga jangan sampai menumpuk dengan pokok
permasalahan yang lain. Untuk itu pengembangannya harus sistematis, dan
terarah. Alur pengembangan juga harus disusun secara teliti dan cermat. Semakin
sistematis, logis dan relevan pada tema yang ditentukan, semakin berbobot pula
tulisan yang dihasilkan.
F.
Macam-macam Susunan Kerangka Karangan
1) Alamiah
Suatu urutan
unit-unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan nyata di alam. Oleh karena
itu, susunan alamiah dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu :
a)
Berdasar urutan ruang.
Topik yang diuraikan
berkaitan erat dengan ruang / tempat : dari kiri ke kanan, dari timur ke barat,
urutan geografis.
Contoh
Topik : Banjir.
Tujuan : Untuk mengetahui lokasi banjir.
Tema : Beberapa lokasi banjir di dunia.
I.BANJIR YANG TERJADI DI LUAR INDONESIA
A. Banjir di Asia
1. Banjir di China.
2. Banjir di Taiwan.
B. Banjir di Eropa
1. Banjir di Belanda.
2. Banjir di Inggris.
II. BANJIR YANG TERJADI DI
INDONESIA.
A. Banjir di Pulau Jawa
1. Banjir di DKI Jakarta.
2. Banjir di Pacitan.
B. Banjir di luar
Pulau Jawa
1. Banjir di Papua
Barat.
2. Banjir di Padang.
b) Urutan waktu.
Bahan-bahan ditulis
berdasar tahap kejadian. Setipa peristiwa hanya menjadi penting dalam
hubungannya dengan yang lain.
Contoh :
Topik : masyarakat
Tujuan :
untuk mengetahui perkembangan masyarakat
Tema :
Perkembangan masyarakat dari jaman ke jaman.
I. MASYARAKAT PEMBURU DAN PERAMU
A. Masyarakat Pemburu dan Peramu
di Dunia
B. Masyarakat Pemburu dan Peramu
di Indonesia
1. Di Irian
2. Di Kepulauan
Mentawai
II. MASYARAKAT PETANI DAN
PETERNAK
A. Masyarakat Petani dan
Peramu di Dunia
B. Masyarakat Petani dan Peternak
di Indonesia
1. Masyarakat petani
di Pulau Jawa
2. Masyarakat
peternak di Nusa TenggaraTimur
III. MASYARAKAT INDUSTRI
A. Masyarakat Industri Modern
B. Masyarakat Industri Canggih
c) Urutan topik yang ada.
Bagian-bagian
diterangkan tanpa memasalahkan mana yang penting. Misal, laporan keuangan :
pemasukan dan pengeluaran, bagian-bagian dalam sebuah lembaga, dll.
Contoh :
Topik : Hutan
Tujuan : Untuk
mengetahui pemanfaatan hutan
Tema : Pemanfaatan hutan.
I. MANFAAT HUTAN SECARA ALAMIAH
A. Mencegah Erosi
B. Mengurangi Polusi
1. Polusi Udara
2. Polusi Suara
C. Sebagai Hutan Lindung
II. MANFAAT HUTAN SECARA EKONOMIS
A. Hutan Tanaman Industri
B. Hutan untuk Rekreasi
C. Hutan untuk Penelitian
Untuk pola berdasar urutan topik yang ada, penulis
tidak perlu
memperhatikan mana yang
akan didahulukan.
2) Logis
Merupakan unit-unit
karangan berurutan sesuai pendekatan logika / pola pikir manusia. Untuk susunan
logis, dibagi berdasarkan :
a)
Klimaks-Anti klimaks.
Anggapan bahwa posisi
tertentu dari sebuah rangkaian merupakan posisi yang paling penting. Terdiri
dari dua hal :
1. Urutan klimaks = yang penting
di akhir.
2. Urutan antiklimaks = yang
penting di awal.
Model ini hanya
efektif untuk menguraikan sesuatu yang berhubungan dengan hirarki misalnya
urutan pemerintahan.
Contoh :
Topik : Banjir
Tujuan : Untuk mengetahui akibat banjir
Tema : Banjir dan akibatnya
I. MUSIM PENGHUJAN MULAI
II.PENGGUNDULAN HUTAN
III. EROSI DI MANA-MANA
IV. PENDANGKALAN SUNGAI
V. MUSIBAH BANJIR
VI. PENDERITAAN MASYARAKAT
b) Umum-Khusus.
Umum
– khusus : Hal besar diperinci ke
hal- hal yang lebih kecil atau bagian-bagiannya.
Misalnya uraian
tentang Indonesia, lalu suku-suku dan kebudayaannya.
Khusus – Umum : Sebaliknya.
Contoh
Topik : Pendidikan
Tujuan : Untuk
mengetahui pendidikan di masyarakat
Tema : Pendidikan di masyarakat
I. PENDIDIKAN
DALAM LINGKUNGAN MASYARAKAT SECARA UMUM
II. PENDIDIKAN DALAM MASYARAKAT PERKOTAAN
III. PENDIDIKAN DI MASYARAKAT PEDESAAN
IV. PENDIDIKAN PADA GENERASI MUDA
c) Sebab-Akibat.
- Sebab ke
akibat : masalah utama sebagai sebab, diikuti
perincian akan akibat-akibat yang mungkin terjadi.
Misal ; penulisan
sejarah, berbagai persoalan sosial : kerusakan hutan, perubahan
cuaca global.
-
Akibat ke
sebab : masalah tertentu sebagai akibat, diikuti
perincian sebab-sebab yang menimbulkannya.
Misal : Krisis multidimensi di
Indonesia.
Contoh
Topik : Premanisme di Jakarta
I.PERTUMBUHAN EKONOMI YANG TERSENDAT
II. INDUSTRI
TUTUP KARENA BAHAN BAKAR LANGKA
III. LAPANGAN KERJA MENCIUT
IV. MENCARI UANG DENGAN CARA
MUDAH
d) Proses.
Dimulai dari penyajian masalah sampai penulisan kesimpulan umum atau
solusi. Contoh: Banjir di Jakarta,
penyebabnya dan alternatif penyelesaiannya.
G.
Sistem Penomoran pada Kerangka Karangan
Ada dua cara :
1) Sistem Campuran Huruf
dan Angka.
I . Angka Romawi Besar untuk
BAB
A. Huruf Romawi Besar untuk Sub Bab
1. Angka Arab besar
a. Huruf Romawi Kecil
i. Angka Romawi Kecil
(a) Huruf Romawi Kecil Berkurung
(1) Angka Arab Berkurung
Contoh :
I. Pendahuluan
II. Tingkat Ekonomi dan
Fertilitas di Indonesia
A. Bukti-Bukti dari Sensus 2000
B. Bukti-Bukti dari Survei
Fertilitas-Mortalitas 1995
C. Studi Kasus di Lampung
1. Pengukuran Fertilitas
2. Penyebab Perbedaan fertilitas
a. Retaknya Perkawinan
b. Abstinensi Setelah Melahirkan
c. Perbedaan Fekunditas
III. Kesimpulan
2) Sistem Angka Arab
(dengan digit).
1.
1.1
1.1.1
2.
2.1
2.1.1
dst.
Contoh :
1. Pendahuluan
2. Tingkat Ekonomi dan Fertilitas
di Indonesia
2.1. Bukti-Bukti dari Sensus 2000
2.2. Bukti-Bukti dari Survei
Fertilitas-Mortalitas 1995
2.3. Studi Kasus di Lampung
2.3.1. Pengukuran Fertilitas
2.3.2. Penyebab Perbedaan
fertilitas
2.3.2.1. Retaknya
Perkawinan
2.3.2.2.
Abstinensi Setelah Melahirkan
2.3.2.3. Perbedaan
Fekunditas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar