BAB II
PEMBAHASAN
- PENGERTIAN
ILMU
Istilah ilmu
atau science merupakan suatu perkataan yang cukup bermakna ganda, yaitu
mengandung lebih daripada satu arti. Oleh karena itu, dalam memakai istilah
tersebut seseorang harus menegaskan sekurang-kurangnya menyadari arti mana yang
dimaksud. Menurut cakupannya pertama-tama ilmu merupakan sebuah istilah umum
untuk menyebut segenap pengetahuan ilmiah yang dipandang sebagai satu
kebulatan. Jadi, dalam arti yang pertama ini ilmu mengacu pada ilmu seumumnya
(science-in-general).
Arti yang
kedua dari ilmu menunjuk pada masing-masing bidang pengetahuan ilmiah yang
mempelajari sesuatu pokok soal tertentu. Dalam arti ini ilmu berarti sesuatu
cabang ilmu khusus seperti misalnya antropologi, biologi, geografi, atau
sosiologi. Istilah inggris ‘science’ kadang-kadang diberi arti sebagai ilmu
khusus yang lebih terbatas lagi, yakni sebagai pengetahuan sistematis mengenai
dunia fisis atau material (systematic knowledgeof the physical or material
word).
Dari segi
maknanya, pengertian ilmu sepanjang yang terbaca dalam pustaka menunjuk pada
sekurang-kurangnya tiga hal, yakni pengetahuan, aktivitas dan metode. Dalam hal
yang pertama dan ini yang terumum, ilmu senantiasa berarti pengetahuan
(knowledge). Di antara para filsuf dari berbagai aliran terdapat pemahaman umum
bahwa ilmu adalah sesuatu kumpulan yang sistematis dari pengetahuan (any
systematic body of knowledge). Charles singer merumuskan, ilmu adalah proses
yang membuat pengetahuan, begitu juga dengan John Warfield yang mengemukakan
bahwa ilmu dipandang sebagai suatu proses. Pandangan proses ini paling
bertalian dengan suatu perhatian terhadap penyelidikan, karena penyelidikan
adalah suatu bagian besar dari ilmu sebagai suatu proses.[2]
Oleh karena
itu ilmu dapat dipandang sebagai satu bentuk aktivitas manusia, maka dari makna
ini orang dapat melangkah lebih lanjut untuk sampai pada metode dari aktivitas
itu. Dengan demikian pengertian ilmu sebagai pengetahuan, aktivitas, atau
metode itu apabila ditinjau lebih mendalam sesungguhnya tidak saling
bertentangan. Bahkan sebaliknya, ketiga hal itu merupakan satu kesatuan logis
yang mesti ada secara berurutan. Ilmu harus diusahakan dengan aktivitas
manusia, aktivitas itu harus harus dilaksanakan dengan metode tertentu dan
akhirnya aktivitas metode itu mendatangkan pengetahuan yang sistematis.
Dalam
literature tentang ilmu dan penelitian terdapat pendapat yang mengikuti
pembedaan James Conant mengenai the dynamic view (pandangan dinamis) dan the
static view of science (pandangan statis tentang ilmu). Pandangan dinamis
mengenai ilmu membahas science sebagai suatu aktivitas, sedang kebalikannya
pandangan statis menguraikan ilmu sebagai systematized information (keterangan
yang disistematiskan).[3]
Dari
berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa ilmu adalah rangkaian
aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa
aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang
sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, memperoleh pemahaman, memberi
penjelasan, ataupun melakukan penerapan.
- DIMENSI
ILMU
Perkataan
Inggris dimension dapat berarti sifat perluasan (quality of extension), hal
pentingnya (importance), dan watak yang cocok (character proper) pada suatu
hal. Dimensi ilmu mengacu pada perwatakan yang sepatutnya di anggap termasuk
dalam ilmu, peranan atau pentingya ilmu dalam suatu kerangka tertentu, dan
sifat atau ciri perluasan yang dapat ditambahkan pada ilmu berdasarkan sesuatu
pertimbangan. Apabila ilmu dibahas dari sudut salah satu dimensi, maka
merupakan suatu analisis dari sudut tinjauan khusus yang bercorak eksternal.
Untuk keperluan penelaahan terhadap ilmu, sudaut tinjauan dari arah luar adalah
suatu hampiran studi tertentu atau suatu perspektif dalam analisis. Hampiran
atau perspektif ini berasal pertama-tama dari berbagai cabang ilmu khusus
yang mengambil konsep ilmu sebagai sasaran penelaahannya. Dari masalah diatas,
ditemukanlah sejumlah dimensi ilmu yang sejalan dengan ilmu-ilmu yang
bersangkutan, yaitu :
- Ilmu
ekonomi : dimensi ekonomik dari ilmu
Hampiran
ilmu ekonomi akan melahirkan dimensi ekonomi yang membahas ilmu sebagai suatu
kekuatan produktif yang langsung sebagaimana dianut oleh negara-negara
sosialis.
- Linguistik
: dimensi linguistik dari ilmu
Dengan
tinjauan linguistik orang dapat memandang ilmu sebagai suatu bahasa buatan.
Misalnya, Charles Morris menyatakan bahwa ilmu adalah suatu bahasa, yakni
sebagai seperangkat tanda-tanda dengan hubungan spesifik tertentu satu dengan
yang lain, dengan obyek-obyek, dan dengan praktek.
- Matematik:
dimensi matematis dari ilmu
Dimensi ini
menekankan segi kuantitatif dan proses kuantifikasi dalam ilmu. Kelanjutan
hampiran matematik yag berlebihan ialah pendapat bahwa apa yag disebut ilmu
hanyalah pengetahuan yang dapat dinyatakan dalam rumus-rumus matematik.
- Ilmu
politik: dimensi politik dari ilmu
Dengan
hampiran ilmu politik orang akan membahas ilmu dri sudut tinjauan pemerintahan
atau sebagai faktor kekuasaan dalam negara.
- Psikologi:
dimensi psikologi dari ilmu
Perspektif
psikologi telah melahirkan dimensi psikologis dari ilmu. Misalnya C.H.
Waddington yang mngarang buku The Scientific Attitude (1941) berpendapat bahwa
ilmu bukanlah suatu kumpulan muslihat, melainkan suatu sikap terhadap dunia
ini.
- Sosiologi:
dimensi sosiologis dari ilmu
Dari
perspektif ilmiah ilmu belakangan ini dianggapa sebagai sebuah social
institution, sebagai suatu social activity, atau menurut Haberer sebagai suatu
jaringan kebiasaan dan peranan yang menghimpun, menguji, dan menyebarkan
pengetahuan.[4]
Melengkapi
dimensi-dimensi ilmu yang berdasarkan hampiran cabang-cabang ilmu khusus, ada
dua dimensi yang bersifat reflektif, abstrak, dan formal sejalan dengan dua
bidang pengetahuan yang bercorak demikian itu. Yaitu dimensi filsafati dan
dimensi logis dari ilmu. Dari sudut tinjauan filsafat maka ilmu dapat dipandang
misalnya, sebagai pandangan dunia, atau nilai manusiawi.
Selain
dimensi-dimensi diatas, masih ada dimensi ilmu lain yang tidak berdasarkan
cabang ilmu dan pengetahuan, melainkan berpangkal pada aspek realitas di dunia
ini. Dimensi-dimensi tersebut adalah:
- Cultural
dimension (dimensi kebudayaan)
Kebudayaan
merupakan salah satu segi penting dalam kehidupan manusia. Dari aspek ini para
cendekiawan mengupas science sebagai a cultural force (woolf), a cultural
process (Richter), dan a mode of culture (Elkana).
- Historical
dimension (dimensi sejarah)
Dari segi
sejarah umat manusia ilmu dapat ditinjau sebagai suatu bagian dari proses
historis secara keseluruhan yang berlangsung pada zaman-zaman yang berbeda dan
di tempat-tempat berlainan. Langdon Gilkey mengakui bahwa science merupakan a
historical force of overwhelming significance, shaping the social existence of
mankind in evernew direction (suatu kekuatan historis yang sangat besar arti
pentingnya, yang membangun eksistensi sosial manusia dalam arah-arah yang
selalu baru).
- Humanistic
dimension (dimensi kemanusiaan)
Science
suatu pengalaman yang dihayati menurut Enrico Cantore merupakan suatu faktor
yang mencetak suatu kepribadian manusia ilmiah. Dalam makna ini ilmu bersifat
humanistik.
- Recreational
dimension (dimensi reaksi)
Ditinjau
dari segi permainan yang menggembirakan atau hiburan yang menyegarkan dapatlah
dipahami beberapa pendapat yang menyatakan science adalah game. Buzzati
Traverso menyatakan ” ilmu adalah suatu permainan; ini dapat menggembirakan,
dapat bermanfaat, dapat berbahaya secara mengerikan. Ilmu adalah suatu
permainan yang ditimbulkan oleh keingintahuan manusia yang ak tertahankan untuk
menemukan alam semesta dan dirinya sendiri, dan untuk memperbesar kesadarannya
akan dunia tempat ia hidup dan bekerja.”
- System
dimension (dimensi sistem)
Jika memang
realitas di dunia ini mengandung banyak sekali kebulatan yang teratur, maka
wajar jika science ditinjau dari segi kebulatan sistem yang terdiri dari
unsur-unsur yang berada dalam keadaan berinteraksi. [5]
- STRUKTUR
ILMU
Ilmu dalam
pengertiannya sebagai pengetahuan merupakan suatu sistem pengetahuan sebagai
dasar teoritis untuk tindakan praktis (Ginzburg) atau suatu sistem penjelasan
mengenai saling hubungan diatara peristiwa-peristiwa yang terjadi. Sistem
pengetahuan ilmiah mencakup lima kelompok unsur,sebagai berikut:
- Jenis-jenis
sasaran
- Bentuk-bentuk
pernyataan
- Ragam-ragam
proposisi
- Ciri-ciri
pokok
- Pembagian
sistematis
Pertama-pertama
mengenai sasaran atau objek pengetahuan ilmiah itu perlu diberikan penjelasan
yang memadai. Setiap cabang ilmu khusus mempunyai objek sebenarnya yang dapat
dibedakan menjadi objek material dan objek formal. Objek material adalah fenomena
dunia yang ditelaah oleh ilmu, sedang objek formal adalah pusat perhatian dalam
penelaahan ilmuwan terhadap fenomena itu. Penggabungan antara objek material
dengan objek formal sehingga merupakan pokok soal tertentu yang dibahas dalam
pengetahuan ilmiah merupakan objek yang sebenarnya dari cabang ilmu yang
bersangkutan. Pembagian objek-objek ini dikemukakan oleh George Klubertanz.
Objek material secara tak menentu dan dalam keseluruhannya menunjukkan pokok
soal suatu pengetahuan (terutama pengetahuan demonstratif) dalam hubungan
dengan proposisi- proposisi yang dapat dibuat tentangnya.[6]
Aneka
fenomena yang ditelaah oleh segenap cabang ilmu khusus banyak sekali,
mencapai ribuan sejalan dengan bertambahnya cabang- cabang ilmu itu. Suatu
penggolongan yang sistematis dapat mengelompokkan segenap objek material
pengetahuan ilmiah menjadi enam jenis, sebagai berikut:
- Ide
abstrak
- Benda
fisik
- Jasad
hidup
- Gejala
rohani
- Peristiwa
sosial
- Proses
tanda
Suatu
fenomena ditentukan oleh pusat perhatian ilmuwan menjadi objek sebenarnya dari
suatu cabang ilmu. Kumpulan pernyataan yang memuat pengetahuan ilmiah dapat
mempunyai empat bentuk:
- Deskripsi
Merupakan
kumpulan pernyataan bercorak deskriptif dengan memberikan pemerian mengenai
bentuk, susunan, peranan, dan hal-hal terperinci lainnya dari fenomena yang
bersangkutan.
- Preskripsi
Merupakan
kumpulan pernyataan bercorak preskriptif dengan memberikan
petunjuk-petunjuk atau ketentuan-ketentuan mengenai apa yang perlu
berlangsung atau sebaiknya dilakukan dalam hubungannya dengan objek sederhana
itu. Bentuk in dapat dijumpai pada cabang-cabang ilmu sosial, ilmu
administrasi,dan lain-lain.
- Eksposisi
pola
Bentuk ini
merangkum pernyataan-pernyataan yang memaparkan pola-pola dalam sekumpulan
sifat, ciri, kecenderungan, atau proses lainnya dari fenomena yang
ditelaah.
- Rekonstruksi
Historis
Bentuk ini
merangkum pernyataan-pernyataan yang berusaha menggambarkan atau menceritakan
dengan penjelasan atau alasan yang diperlukan pertumbuhan sesuatu hal pada masa
lampau yang jauh lebih baik secara alamiah atau karena campur tangan
manusia.[7]
Pada
cabang-cabang ilmu lainnya yang lebih dewasa, selain empat bentuk pernyataan
tersebut terdapat pula proposisi-proposisi yang dapat dibedakan menjadi tiga
ragam, yaitu:
- Asas
ilmiah
Suatu asas
atau prinsip adalah sebuah proposisi yang mengandung kebenaran umum berdasarkan
fakta-fakta yang telah diamati. Sebuah prinsip dalam ilmu sosial misalnya ialah
prinsip gaji yang sama yang dapat dijadikan suatu pedoman yang benar
dalam pengangkatan para pegawai dan adminitrasi penggajian.
- Kaidah
ilmiah
Suatu kaidah
atau hukum dalam pengetahuan ilmiah adalah sebuah proposisi yang mengungkapkan
keajegan atau hubungan tertib yang dapat diperiksa kebenarannya diantara
fenomena sehingga umumnya berlaku pula untuk berbagai fenomena yang sejenis.
Conohnya ialah hukum gaya berat yang terkenal dari Newton dan Boyle dalam ilmu
kimia bahwa volume suatu gas berubah secara terbalik dengan tekanan bilamana
suhu tetap dipertahankan sama.
- Teori
Ilmiah
Suatu teori
dalam scientific knowledge adalah sekumpulan proposisi yang saling berkaitan
secara logis untuk memberi penjelasan mengenai sejumlah fenomena. Misalnya,
mengenai teori Darwin tentang evolusi organisme hidup yang menerangkan bahwa
bentuk-bentuk yang lebih sederhana dan primitif dalam perkembangan secara
evolusioner sepanjang masa.
Selanjutnya
menurut Lachman menyatakan bahwa teori mempunyai peranan sebagai berikut:
- Membantu
mensistematiskan dan menyusun data maupun pemikiran tentang data sehingga
tercapai pertalian yang logis diantara aneka data yang semula kacau.
- Memberikan
suatu skema atau rencana sementara mengenai medan yang semula belum
dipetakan sehingga terdapat suatu orientasi
- Menunjukkan
atau menyarankan arah-arah untuk penyelidikkan.
Oleh karena
itu, kaidah ilmiah merupakan pernyataan yang bersifat prediktif dan teori
ilmiah juga berupa proposisi yang meramalkan fenomena kadang-kadang timbul
kekaburan dalam perbedaan antara kedua hal tersebut.
Tidak setiap
cabang ilmu khusus telah berhasil merumuskan kaidah-kaidah ilmiah dan
teori-teori ilmiah untuk meramalkan maupun menerangkan aneka fenomena yang
seluas mungkin. Teori merupakan tujuan dasar atau tujuan akhir dari ilmu. Teori
tidak bisa dijadikan cirri pokok bagi ilmu seumumnya. Cirri pokok pertama bagi
setiap cabang ilmu khusus haruslah sistematisasi pada pengetahuan ilmiah yang
bersangkutan. Sistematisasi mengandung arti bahwa pengetahuan ilmiah itu harus
disusun menjadi semacam system yang memiliki bagian-bagian yang penting dan
hubungan-hubungan yang bermakna. Cirri sistematisasi harus dilengkapi dengan
cirri-ciri pokok selanjutnya, yaitu keumuman (generality), rasionalitas,
obyektivitas, kemampuan diperiksa kebenarannya (verifiability), dan kemampuan
menjadii milik umum (communality).
Cirri
generality (umum) menunjuk pada kualitas pengetahuan ilmiah untuk merangkung
fenomena yang senantiasa makin luas dengan penentuan konsep-konsep yang paling
umum dalam pembahasan sasarannya. Misalnya kalau ilmu politik akan menjelaskan
tentang partai politik , penjelasan yang memuaskan ialah apabila pembahasan
bisa beralih dari suatu partai politik tertentu dalam suatu negara khusus
sampai pada semua partai politik dalam negara itu, dan terus lebih umum lagi
sampai mencapai partai politik seumumnya disemua negara pada semua masa.
Cirri
rasionalitas berarti bahwa ilmu sebagai pengetahuan ilmiah bersumber pada
pemikiran rasional yang mematuhi kaidah-kaidah logika (barber). Batu penguji
pengetahuan ilmiah ialah penalaran yang betul dan perbincangan yang logis tanpa
melibatkan factor-faktor non-rasional seperti emosi sesaat dan kesukaan
pribadi, dengan demikian ilmu juga memiliki sifat obyektifitas.
Cirri
verifiabilitas berarti bahwa pengetahuan ilmiah harus dapat diperiksa
kebenarannya, diselidiki kembali, atau diuji ulang oleh setiap anggota lainnya
dari masyarakat ilmuwan.
Kalau ciri
objectivity menekankan ilmu sebagai interpersonal knowledge (pengetahuan yang
bersifat antar-perseorangan), maka cirri pokok komunalitas menitikberatkan ilmu
sebagai pengetahuan yang menjadi milik umum. Ilmu bukanlah hanya pengetahuan
yang telah diterbitkan, melainkan pengetahuan tersebut setelah diuji secara
objektif oleh para ilmuwan akan diterima secara umum menjadi kesepakatan
pendapat rasional.[8]
BAB III
PENUTUP
- KESIMPULAN
- Ilmu
adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan
berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga
menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala
kealaman, memperoleh pemahaman, memberi penjelasan, ataupun melakukan
penerapan.
- Dimensi
ilmu mengacu pada perwatakan yang sepatutnya di anggap termasuk dalam
ilmu, peranan atau pentingya ilmu dalam suatu kerangka tertentu, dan sifat
atau ciri perluasan yang dapat ditambahkan pada ilmu berdasarkan sesuatu
pertimbangan. Apabila ilmu dibahas dari sudut salah satu dimensi, maka
merupakan suatu analisis dari sudut tinjauan khusus yang bercorak
eksternal. Untuk keperluan penelaahan terhadap ilmu, sudaut tinjauan dari
arah luar adalah suatu hampiran studi tertentu atau suatu perspektif dalam
analisis.
- Sistem
pengetahuan ilmiah mencakup lima kelompok unsur,sebagai berikut:
- Jenis-jenis
sasaran
- Bentuk-bentuk
pernyataan
- Ragam-ragam
proposisi
- Ciri-ciri
pokok
- Pembagian
sistematis
DAFTAR
PUSTAKA
Gie, The
Liang, Filsafat Ilmu,
- Muhadjir,
Noeng, 2011, Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Rake Sarosin.
- Suriasumantri,
Jujun.S, 2005, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta:
Sinar Harapan.
- Tafsir,
Ahmad, 2008, Filsafat Umum, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar